midtoad.org – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap akar permasalahan di balik penutupan sentra produksi PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, Jawa Barat, yang berdampak pada 233 karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyoroti penurunan permintaan pasar sebagai faktor utama, baik dari pasar domestik maupun ekspor yang turun drastis.
Keputusan sulit ini, menurut Shinta, bukan hanya dipengaruhi oleh meningkatnya biaya produksi, tetapi juga oleh ketidakmungkinan perusahaan seperti Bata untuk terus beroperasi dengan daya saing yang semakin menurun. Peralihan investasi dari sektor padat karya ke padat modal turut mempersulit sektor padat karya, seperti yang terjadi pada Bata.
Dampak geopolitik yang mempengaruhi Indonesia, baik dalam hal ekspor maupun daya beli domestik, semakin memperumit kondisi industri. Meskipun pemerintah telah berupaya keras, terutama dalam memperkuat fondasi ekonomi makro, tantangan tetap besar. Meski demikian, Shinta tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5% masih dapat dipertahankan.
Di sisi lain, penutupan pabrik Bata di Purwakarta telah menyebabkan 233 pekerja terkena PHK, dengan proses tersebut dilakukan secara bertahap dan perusahaan berjanji untuk memenuhi kewajiban pembayaran gaji dan pesangon sesuai ketentuan hukum. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga berencana memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) untuk membahas keputusan penutupan produksi pabrik tersebut.