midtoad.org – Setelah interval sembilan tahun, Presiden China Xi Jinping berdialog dengan mantan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou pada pertemuan yang diadakan di Beijing pada 10 April. Pertemuan ini merupakan yang pertama sejak pertemuan sebelumnya di Singapura pada tahun 2015, menciptakan momen penting dalam hubungan kedua wilayah tersebut.
Jabat Tangan yang Menggema
Simbol dari pertemuan ini dimulai dengan jabat tangan yang berlangsung selama 80 detik, sebagaimana dilaporkan oleh South China Morning Post, yang mengawali sesi pembicaraan tertutup. Gestur ini merupakan tanda signifikan dari kesediaan kedua pihak untuk membuka kembali kanal komunikasi setelah periode ketegangan.
Rute “Perjalanan Damai” Ma
Jalan yang ditempuh oleh Ma Ying-jeou, yang dijuluki sebagai “perjalanan damai,” termasuk kunjungan ke pusat-pusat teknologi dan kota-kota bersejarah di daratan China. Perjalanan ini berpuncak dengan kunjungan ke Beijing dan Zhongshan, tempat ia menghormati Sun Yat-sen, sosok yang dianggap sebagai bapak pendiri China modern.
Latar Belakang Kunjungan di Tengah Ketegangan Politik
Kunjungan ini terjadi di tengah-tengah situasi politik yang tegang, baik dalam konteks domestik Taiwan dengan transisi kepresidenan yang akan datang, maupun dalam skala internasional terkait dengan ketegangan antara AS dan China mengenai status Taiwan.
Refleksi Pertemuan Singapura 2015
Pertemuan ini membawa kenangan dari dialog penting yang terjadi di Singapura pada 2015 antara Xi Jinping dan Ma Ying-jeou, yang merupakan pertemuan pertama antara pemimpin lintas selat sejak 1949, menandai langkah penting dalam usaha peningkatan hubungan bilateral.
Proyeksi Masa Depan dan Implikasi Global
Pertemuan antara kedua pemimpin ini berpotensi membuka bab baru untuk masa depan hubungan antara China dan Taiwan. Dengan mengingat pentingnya Taiwan dalam konteks geopolitik, pertemuan tersebut menandai sebuah momen yang dapat mempengaruhi dinamika regional serta hubungan internasional kedua wilayah dengan kekuatan dunia lainnya.