MIDTOAD.ORG – Setiap negara memiliki cara tersendiri untuk menandai masa transisi menuju kedewasaan, dan di Jepang, momen itu dirayakan dengan penuh kebanggaan melalui slot jepang Seijin no Hi atau Coming of Age Day. Peringatan ini menjadi simbol penting bagi para pemuda yang baru memasuki usia 20 tahun — usia yang dianggap sebagai titik awal seseorang diakui sebagai individu dewasa secara hukum dan sosial.
Seijin no Hi dirayakan setiap Senin kedua bulan Januari, dan merupakan salah satu hari libur nasional di Jepang. Tradisi ini memiliki akar sejarah panjang, yang sudah dimulai sejak periode Nara (710–794). Pada masa itu, upacara ini dikenal dengan nama Genpuku, di mana para bangsawan muda mengenakan pakaian khusus sebagai tanda kedewasaan. Kini, Seijin no Hi menjadi perayaan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat Jepang dengan makna yang lebih luas dan modern.
Upacara dan Tradisi dalam Seijin no Hi
Pada hari perayaan, pemerintah daerah mengundang para pemuda berusia 20 tahun untuk menghadiri upacara resmi di balai kota atau aula komunitas. Dalam acara tersebut, pejabat setempat memberikan ucapan selamat dan pesan moral tentang tanggung jawab sebagai warga negara dewasa. Momen ini tidak hanya menjadi ajang formal, tetapi juga kesempatan untuk mengingatkan generasi muda akan pentingnya berkontribusi bagi masyarakat.
Para perempuan biasanya tampil anggun dengan kimono panjang berjenis furisode, yang memiliki lengan lebar dan warna mencolok. Sementara itu, para pria mengenakan hakama tradisional atau setelan jas formal. Setelah upacara, mereka sering kali melanjutkan perayaan dengan teman-teman lama, mengunjungi kuil, atau berfoto di lokasi ikonik sebagai kenang-kenangan.
Arti Filosofis dan Sosial dari Seijin no Hi
Lebih dari sekadar seremoni, Seijin no Hi mencerminkan nilai-nilai tanggung jawab, kedisiplinan, dan kesadaran diri. Jepang menempatkan kedewasaan bukan hanya pada usia, tetapi juga pada kesiapan seseorang dalam menjalani kehidupan dengan penuh etika dan kemandirian.
Perayaan ini juga menjadi momen refleksi bagi banyak orang tua, karena mereka melihat buah hati mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri. Dalam budaya Jepang yang menjunjung tinggi kerja keras dan ketekunan, menjadi dewasa berarti siap menanggung konsekuensi dari setiap tindakan serta berkontribusi terhadap kesejahteraan bersama.
Seijin no Hi di Era Modern
Meski zaman telah berubah, semangat Seijin no Hi tetap terjaga. Kini, perayaan ini menjadi lebih inklusif dan modern tanpa meninggalkan nilai tradisionalnya. Tradisi ini menjadi jembatan antara masa muda yang bebas dan dunia orang dewasa yang penuh tantangan.
Dengan perayaan Seijin no Hi, Jepang tidak hanya menjaga warisan budayanya, tetapi juga menanamkan semangat moral bagi generasi penerus.
